Waspada! Foto Selfie Bisa Disalahgunakan untuk Deepfake


Ilustrasi Foto Selfie

Ilustrasi Foto Selfie

Di era digital yang serba terhubung, membagikan momen lewat selfie adalah hal yang lumrah. Namun siapa sangka, kebiasaan sederhana ini kini menjadi celah baru bagi penjahat siber. Teknologi deepfake, yang dulunya hanya sekadar hiburan atau konten parodi, telah berevolusi menjadi alat berbahaya yang bisa digunakan untuk pencurian identitas, manipulasi informasi, bahkan penipuan finansial.

 

Apa Itu Deepfake?

Deepfake merupakan singkatan dari "deep learning fake", yaitu penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk memanipulasi video, gambar, atau audio agar tampak seperti nyata. Teknologi ini memanfaatkan algoritma deep learning khususnya model GAN (Generative Adversarial Networks) untuk menghasilkan konten visual dan suara yang sangat menyerupai individu tertentu.

Misalnya, dalam video deepfake, seseorang bisa ditampilkan sedang mengucapkan kalimat tertentu padahal sebenarnya tidak pernah mengucapkannya. Bahkan dengan teknologi yang semakin canggih, suara seseorang juga dapat disintesis secara akurat, membuat rekayasa digital ini semakin sulit dibedakan dari yang asli.

 

Deepfake dan Risiko Terhadap Identitas Pribadi

Dikutip dari laporan National Cybersecurity Alliance pada Juli 2025, teknologi deepfake kini menjadi alat utama dalam kejahatan pencurian identitas digital. Terlebih lagi, wajah manusia kini mulai dikategorikan sebagai data biometrik yang layak dilindungi secara hukum karena penggunaannya yang semakin luas untuk autentikasi sistem digital seperti mobile banking, pembayaran digital, hingga login akun pribadi.

Namun sayangnya, pelaku kejahatan siber kini memanfaatkan data visual yang berserakan di media sosial untuk membuat deepfake palsu yang menyerupai pemilik aslinya. Mulai dari akun media sosial publik hingga foto profil WhatsApp bisa menjadi sasaran.

 
Jenis-Jenis Deepfake yang Mengincar Dunia Perbankan

Sektor perbankan menjadi salah satu industri yang paling rentan terhadap ancaman deepfake. Kenapa? Karena bank mengelola data pribadi dan finansial nasabah yang sangat sensitif. Beberapa serangan deepfake yang telah terjadi menunjukkan bahwa teknologi ini bisa digunakan untuk membobol sistem keamanan bank dan menipu pegawai bank maupun nasabah.

Berikut dua jenis ancaman deepfake paling umum dalam dunia perbankan menurut Ganda Raharja Rusli, Director of Risk, Compliance, and Legal Allo Bank:

  1. Voice Cloning Scam
    Teknologi ini memungkinkan penjahat siber meniru suara seseorang dengan sangat akurat. Dalam kasus yang terjadi di luar negeri, pelaku menggunakan suara palsu CEO perusahaan untuk memerintahkan bawahannya mentransfer dana ke rekening tertentu. Karena suara yang digunakan sangat mirip, bawahannya tidak curiga sama sekali.

  2. Identity Theft & Synthetic KYC
    Penjahat digital dapat menciptakan versi virtual seseorang lengkap dengan wajah dan suara. Dalam panggilan video, orang yang muncul tampak nyata, padahal merupakan hasil rekayasa deepfake. Modus ini digunakan untuk melewati prosedur Know Your Customer (KYC) yang umumnya diterapkan dalam verifikasi akun di perbankan digital.

Ganda menambahkan, “Dulu deepfake hanya digunakan untuk hiburan atau meme, sekarang sudah dimanfaatkan untuk kriminalitas tingkat tinggi."

 
Pentingnya Strategi Keamanan Baru dalam Dunia Digital

Seiring pesatnya pertumbuhan teknologi AI dan meningkatnya kejahatan berbasis deepfake, industri perbankan dan platform digital dituntut untuk mengadopsi sistem keamanan yang lebih canggih dan responsif. Hal ini ditegaskan oleh Anggraini Rahayu, Country General Manager Advance.AI, bahwa keamanan digital bukan lagi sekadar tambahan, tetapi fondasi dari kepercayaan konsumen terhadap layanan perbankan digital.

“Pendekatan keamanan yang proaktif sangat penting untuk mencegah kerugian pribadi dan melindungi reputasi institusi keuangan,” ujar Anggraini.
 
9 Cara Melindungi Diri dari Ancaman Deepfake
Berikut ini beberapa langkah praktis untuk melindungi diri dari ancaman deepfake yang bisa kamu mulai dari sekarang:

  1. Waspadai Saat Membagikan Informasi Pribadi Online
    Kurangi unggahan foto/video beresolusi tinggi, terutama wajah close-up di media sosial. Semakin tinggi kualitas gambar, semakin mudah dipakai AI untuk membuat deepfake. Hindari juga membagikan informasi detail tentang kehidupan pribadi.

  2. Optimalkan Pengaturan Privasi Media Sosial
    Aktifkan pengaturan privasi di platform media sosial agar hanya orang tertentu yang bisa melihat unggahanmu. Batasi akses publik terhadap profil, foto, video, serta data sensitif lainnya.

  3. Tambahkan Watermark di Foto/Video
    Watermark memang bisa dihapus dengan AI, tetapi tetap menjadi hambatan awal bagi pelaku kejahatan. Watermark juga memberi sinyal bahwa konten itu dimiliki seseorang secara sah, sehingga bisa memperlambat proses deepfake.

  4. Edukasi Diri tentang Deepfake dan Teknologi AI
    Luangkan waktu untuk membaca tentang perkembangan teknologi deepfake. Semakin kamu tahu modus-modus terbaru, semakin kamu bisa mengenali tanda-tanda konten yang mencurigakan.

  5. Gunakan Multi-Factor Authentication (MFA)
    Jangan hanya mengandalkan username dan password. Tambahkan lapisan keamanan seperti kode OTP, scan wajah, atau aplikasi autentikasi (contoh: Google Authenticator). Ini membuat akunmu lebih sulit dibobol meski datamu berhasil dicuri.

  6. Gunakan Password Panjang, Kuat, dan Unik
    Gunakan minimal 16 karakter kombinasi huruf, angka, dan simbol. Jangan gunakan tanggal lahir, nama hewan peliharaan, atau hal-hal yang mudah ditebak. Gunakan password manager agar tidak lupa.

  7. Selalu Update Perangkat dan Aplikasi
    Jangan abaikan pembaruan sistem operasi atau aplikasi. Update ini biasanya menyertakan perbaikan celah keamanan yang bisa dimanfaatkan hacker atau malware berbasis AI.

  8. Hindari Phishing
    Hati-hati terhadap email, SMS, atau pesan mencurigakan yang mengarahkan ke link tertentu. Jangan sembarangan klik. Periksa URL dan pengirim dengan cermat. Jika ragu, lebih baik abaikan.

  9. Laporkan Konten Deepfake Berbahaya
    Jika kamu menemukan konten deepfake yang mencurigakan atau berpotensi merugikan, laporkan segera ke platform sosial atau otoritas seperti Kominfo. Edukasi orang di sekitarmu agar tidak mudah percaya dan menyebarkan konten palsu.

Deepfake bukan lagi sekadar bahan lucu-lucuan di internet. Dengan kemampuan AI yang makin maju, deepfake telah menjadi alat penipuan yang serius. Mulai dari pencurian identitas hingga manipulasi video untuk merusak reputasi, semuanya mungkin terjadi hanya dengan memanfaatkan foto selfie-mu yang tersebar di internet.

Penting bagi setiap individu untuk memiliki kesadaran digital yang tinggi. Jangan terlalu mudah membagikan informasi pribadi dan selalu perbarui pengetahuan soal ancaman siber terkini. Dengan memahami potensi bahaya dan mengambil langkah preventif, kamu bisa menjaga dirimu dan orang-orang terdekat dari kejahatan digital berbasis AI.

Bagikan artikel ini

Komentar ()

Video Terkait